Minggu, 02 Maret 2008

!Sarjana Pengangguran!

"Bukan hal yang mustahil, bahwa gelar sarjana dengan IPK cumlaude merupakan sebuah penipuan, mengingat saat ini kita hidup di tengah kapitalisasi di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Semuanya dapat dibeli dengan uang, sehingga perguruan tinggi pun banyak mencetak sarjana yang tidak memiliki skill apapun, tak heran jika sarjana yang menganggur kian menjamur setiap tahunnya."

Sangat miris memang ketika terdapat banyak fakta di Indonesia tentang seseorang berstatus sarjana tetapi ia tidak memiliki pekerjaan. Menurut Suara Merdeka, "Sampai akhir 2005, tingkat pengangguran merangkak naik mencapai tidak kurang dari 9,9%. Pada awal 2006, tingkat tersebut diperkirakan masi akanmeningkat menjadi lebih dari 11 %". Sementara Kompas edisi Sabtu, 20 Mei 2006 menulis, "Per Februari 2005, dari 155,5 juta angkatan kerja, 10,85 juta adalah pengangguran terbuka. Padahal per Agustus 2000, dari 95,70 juta angkatan kerja, "hanya" 5,87 juta yang merupakan pengangguran terbuka." Pertanyaannya, mengapa semua itu bisa terjadi??

Ada sebuah pengalaman nyata dari sebuah forum diskusi di internet: Perusahaan saya waktu itu membuka lowongan untuk posisi executive n kebetulan dari ribuan pelamar (sekitar 9000an) maka yang diteruma ada 2 orang salah satu (A) dari PTS tdk terkenal dgn IPK 2,54 dan satunya (B) Master degree dari universtas ternama (beneran deh ternama bgd di Indonesia) dgn IPK yg tinggi. Setelah satu bulan di training di kantor maka dua orang ini dikirim ke luar negeri (Inggris) untuk training lebih lanjut selama 3 bulan. Setelah 3 bulan datanglah informasi dari pihak pentraining di London bahwa si B ternyata tidak punya kompetensi apapun dan tak mampu mengikuti training dan dengan menyesal akhirnya dipulangkan sebelum waktunya n di PHK, sedang si A yg notabene di tanah air mungkin diremehkan ternyata menjadi peeserta training dengan nilai tertinggi untuk seluruh kantor cabang di Asia.

Ya, fakta seperti itu memang banyak terjadi di negeri ini. Seseorang dengan IPK tinggi dan lulusan universitas terkemuka justru menyandang gelar sebagai pengangguran. Kalau dilihat dari realitas yang ada, memang kuantitas lulusan perguruan tinggi itu tidak sebanding dengan kualitas. Dengan rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia, Indonesia terus menerus menjadi negara pengekor terhadap negara adidaya yang memiliki kekuasaan, tanpa mampu menentukan sikap sendiri. Pun dalam hal menyediakanl apangan pekerjaan bagi tenaga ahli dan terdidik di INdonesia, Indonesia seakan kekurangan dana, sangat tidak sebanding dengan kekayaan alam Indonesia yang melimpah yang seharusnya dapat dijadikan sebagai sumber utama pendapatan negara. Kompas
edisi Sabtu, 10 Mei 2006 juga menulis, "Bangsa ini juga mengalami brain drain untuk sumber daya manusianya. Tenaga terdidik dan progesional yang seharusnya bisa ikut mambangun negara ini dibajak atau memilih hengkan ke negara lain."

--------
Nah, temen2... kita sebagai mahasiswa g mau donk, kl ntar udah lulus malah menuh2in angka pengangguran.. buat apa kuliah 4 taun bahkan lebih kl ujung2nya mah nganggur.. ayo SEMANGAT!!!
IPK juga bukan tidak lagi menunjukan "nilai kualitas" seseorang.. ingat, d kehidupan bermasyarakat, IQ hanya berperan 20%, sisanya EQ (SQ jg jgn lupa)..
hohoho

1 komentar:

satia mengatakan...

kmaren gw abis ikut workshop international pengembangan kewirausahaan pemuda di jakarta no,, dibayarin ma menpora smuanya.. hasilnya nihil, bukankah lebih baik dipake bwat bantu rakyat yg pada nganggur daripada ngoborol ngalor ngidul,, tul??